Han Fei was a literary master during The Warring States Period. In one of his essay, he wrote a story of a man whose neglect of a little detail cost him his life.
There once was a famous doctor named Bian Que who went to see Duke Huan of the State of Cai. After a detailed physical examination of Duke Huan, the doctor said,”You have a skin disease on your body. If you don’t take care of it, I’m afraid it will get worse.” Duke Huan replied,”Nonsense! I am 100% healthy!”
Two weeks later, Duke have another physical examination. This time, Bian Que said,”Your sickness has now spread into the muscles. If you don’t get it cured now, it will grow even worse.” Duke shook his head, and said nothing.
Another two weeks later, Bian Que came again. He once more told the duke,”Your highness, your sickness has now entered into your stomach and intestinal area. If you don’t heal it now, it will be difficult to be healed in the future. “Duke Huan was very displeased after hearing this, yet still continued to ignore Bian Que’s words.
Another two weeks he came again, but on appraisal of the situation he turned around and left without speaking a single word. Duke felt it very strange and sent his man to make inquiry of the doctor.
This is what Bian Que told him,”When Duke Huan’s sickness was just a mere skin disease, using a medical patch would have cured it. When it became a muscle disease, acupuncture could have rooted out the poison. Even when it became a stomach disease, he could take some decoction to usher out the virus. But now, there nothing more for me to do.”
No long after, the Duke died.
After relating this story, Han Fei explained,” When curing an illness, it is best to cure it while it is still skin deep. That is because a small sickness is easy to cure. Every disaster is just like a severe illness. It also has a budding process. Therefore the wise man knows to deal with the problem in its earliest stages, turning a potentially dangerous situation into a safe one.”
“Even a thousand-mile river dyke can collapse, because of the holes bored into it by such insects as crickets and ants, just as a hundred-foot-tall house can burn down because of the little smoke and fire that emanates from the cracks of a chimney.”
This proverb is now used to mean that the neglect or overlooking of a little loophole can bring disaster. That is why people are requested to nip evil and trouble in the bud.
Peribahasa ini diciptakan oleh Han Fei. Dia adalah seorang sastrawan terkemuka di zaman negara-negara berperang(475-221 SM). Dalam salah satu karyanya, ia bercerita tentang seseorang yang meremehkan hal-hal kecil sehingga mengakibatkan kematiannya.
Dahulu kala ada seorang dokter terkenal bernama Bian Que. Dia adalah dokter kerajaan dari Negara Cai. Hari ini ia dipanggil oleh Bangsawan Huan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, Bian Que berkata,”Tuan mempunyai penyakit kulit di tubuh anda. Jika tidak segera ditangani, mungkin bisa bertambah parah.” Bangsawan Huan sambil tertawa menjawab,”Tidak mungkin! Saya ini sehat 100%! Jangan menakut-nakuti saya!”
Dua minggu kemudian, Bian Que kembali datang untuk melakukan pemeriksaan rutin. “Tuanku, Penyakit ini sekarang sudah menyebar ke bagian otot dan daging Tuan. Jika tidak diobati sekarang, dapat berkembang ke penyakit yang lebih serius.” Bangsawan Huan mengeleng-gelengkan kepalanya sambil acuh tak acuh. “Capek dech…” umpat Bian Que dalam hati.
Dua minggu kemudian, Bian Que kembali datang untuk pemeriksaan rutin berikutnya. Sekali lagi Bian Que berkata,” Tuanku, penyakit Tuan kini telah menyebar ke bagian perut dan usus. Jika tidak disembuhkan sekarang, akan sulit disembuhkan lagi di kemudian hari.” Bangsawan Huan agak tersinggung mendengar penuturan Bian Que. Tapi ia tetap tidak menghiraukan perkataan Bian Que. “Tetep…” runtuk Bian Que dalam hati.
Dua minggu kemudian, Bian Que kembali lagi. Akan tetapi setelah pemeriksaan, ia tidak berkata apa-apa lalu memutar badannya dan pulang. Bangsawan Huan bertanya-tanya dalam hati,”Loh? Loh? Kok pergi?
What’s up man?” Lalu ia menyuruh seorang utusan untuk mendatangi Bian Que untuk mencari tahu.
Bian Que berkata kepada utusannya,” Ketika penyakit Tuanku hanyalah penyakit kulit, cukup pakai Koyo yang diberi ramuan Cina, maka langsung sembuh. Ketika penyakitnya sudah masuk ke ototnya, arkupuntur bisa menyembuhkannya. Ketika penyakitnya menjadi penyakit perut, dia bisa meminum sup ramuan obat untuk menetralisir virusnya. Tapi sekarang penyakitnya sudah masuk ke dalam sum-sum tulang belakangnya. Saat ini, melakukan apa pun juga percuma. STTB!”
“Apa itu STTB?” tanya sang utusan
“ Sudah Telat, Tahu Bo!”jawab Bian Que asal.
Beberapa hari kemudian, Sang Bangsawan itu meninggal dunia akibat penyakit.
Setelah selesai bercerita, Han Fei menjelaskan:”Ketika menyembuhkan penyakit, paling baik adalah menyembuhkannya pada waktu masih di permukaan kulit, karena penyakit minor mudah disembuhkan. Bencana juga seperti penyakit, sama-sama melalui proses. Oleh karenanya, Orang bijak akan menangani masalah di proses awal untuk membasmi semua potensi bahaya.”
Lanjutnya,”Bahkan ribuan mil bendungan sungai pun bisa rusak karena lubang yang dibuat oleh semut dan serangga, bangunan yang tingginya puluhan meter juga dapat hancur terbakar karena asap dan api dari perapian.”
Kemudian hari, “Qian Zhang Zhi Di, Kui Yu Yi Xue” digunakan untuk menunjukkan: “Kecerobohan atau kelalaian kecil dapat menyebabkan bencana” Oleh karenanya, lebih baik ditangani atau diobati seawal mungkin.
NOTES:Ketika membuat posting ini, Jakarta lagi kebanjiran. Dan, tidak ada yang mau bertanggung kawab. Gubernur DKI Sutiyoso, dalam acara TOPIK HARI INI-nya SCTV pada tanggal 7 Feb 2007, menunjuk pemerintah pusat yang salah. Pemerintah pusat pun pasti balik menuduh Gubernur DKI yang punya wewenang atas tata kota Jakarta.
Semuanya karena tidak ada yang berpikir “Qian Zhang Zhi Di, Kui Yu Yi Xue”. Bahkan sudah banjir parah begini, Menko Kesra Abdulrizal Bakrie dengan santainya berkata,”Masalah banjir jangan dibesar-besarkan. Korban banjirnya adja bisa senyum-senyum begitu kok!” Mendengar jawaban yang terkesan arogan dan tidak perduli ini, saya pun teringat dengan Bangsawan Huan yang acuh menerima nasihat dari Bian Que. Mungkin mesti tunggu seluruh Indonesia tenggelam baru "penyakit" ini mulai ditangani. Yach, kita cuma bisa bilang kepada pemerintah Indonesia,”CAPEK DECH…!”