差若豪厘,缪以千里
Cha Ruo Hao Li, Miu Yi Qian Li
现在我们以这个句子来比喻: 开始差一点点, 以后 就会发展成天大的错误.
NOTES:
Di pabrik PT Komatsu Undercarriage Indonesia, para leader setiap pagi berbicara di depan para pegawai untuk mengingatkan dua hal: Safety dan Quality. Untuk dapat mencapai standar safety dan quality, hanya satu hal yang diperlukan: waspada. Bila ada benda kerja yang crack sekecil apa pun, segera lapor ke leader. Sebelum mengoperasikan mesin produksi, cek dulu apakah mesin normal. Bagi Komatsu, masalah produksi harus ditangani seawal mungkin. Tidak ada masalah yang terlalu sepele buat leader. Masalah kecil adalah indikasi masalah besar. Mereka tidak menunggu sampai masalah sudah menjadi besar, baru problem solving. Satu kata: “Luar Biasa!”
Andaikata kita bisa meniru teladan manajemen Komatsu dalam kehidupan sehari-hari, kita juga bisa menjadi luar biasa. Tidak ada masalah kecil bagi kita, semua masalah adalah penting.
Bagaimana dengan manajemen Negara Indonesia? Pemerintahan yang dikelola orang-orang no 1 Indonesia? Dari begitu banyak masalah yang sudah terjadi di Indonesia, apakah kita pernah belajar untuk kapok? Apakah kita masih bebal dengan menganggap remeh masalah-masalah kecil? Atau karena terlalu banyak masalah di Indonesia, kita malah juga menganggap remeh masalah-masalah yang besar?
Sebagai contoh kasus krisis listrik di Pulau Jawa akhir-akhir ini. Krisis listrik ini terjadi karena sejumlah pembangkit listrik tidak beroperasi, baik akibat rusak atau kekurangan bahan baker. Padahal, bila berfungsi normal, pembangkit di Jawa-Bali saja mampu memasok 20.000 megawatt listrik. Ini lebih besar daripada pemakaian listrik pada beban puncak, yang berkisar 16.000 megawatt(Koran Tempo 1 Juli 2008).
Alih-alih mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki “ketinggalannya”, PLN malah berencana melakukan audit pada konsumen listrik di Jakarta, khususnya gedung-gedung perkantoran. Audit ini dilakukan untuk mengetahui apakah listrik sudah digunakan dengan benar.
Logika ini sulit diterima. Pertama, Hubungan PLN dan pelanggan adalah hubungan jual-beli. Ini sama saja ada pembeli membeli barang ditoko, lalu tiba-tiba barang yang sudah dibeli itu diperiksa apakah dimanfaatkan dengan baik. Sungguh aneh.
Kedua, Pelanggan listrik terkena ketentuan daya maksimal saat beban puncak. Tarif ini lebih mahal daripada tariff normal. Artinya sebetulnya pelanggan sudah “dihukum” bila mereka terlalu boros.
Ketiga, ketimbang melakukan audit kepada pelanggan yang pastinya memakan biaya besar, lebih baik PLN mengaudit kinerjanya. Audit tak hanya dari sisi perhitungan biaya produksi dan harga jual listrik, tapi juga pada kemampuan pembangkit listrik ada. Dengan ini bisa mencegah terjadinya krisis listrik di masa mendatang.
Akhir kata, semoga bangsa Indonesia terus memperhatikan kesalahan-kesalahan kecil dan segera menanggulanginya selagi sempat, untuk mencegah terjadinya krisis di segala bidang. Jayalah Indonesia.
No comments:
Post a Comment