Friday, April 6, 2007

水落石出 Shui Ruo Shi Chu



宋(西元960-1127年)时,有个大文学家叫苏东坡. 他两次到黄州赤璧旅览,写下著名的「前赤璧赋」 和「后赤璧赋」。在后面一扁文章中, 有: “山高月小,水落石出” 的著名句子。其中「水落石出」 描述了长江的影像:江水下落,原来被淹没在水下面的石头有的就露出来了。

「水落石出」比喻经过反复调查以后,事实的真相终于彻底弄明白了。

When The Water Ebbs, Stones Will Appear

In the Northern Song Dynasty (960-1127), The poet Su Dong Po was once banished to Huangzhou in Hubei Province. There he visited The Red Cliff twice and wrote prose pieces called The First Visit to the Red Cliff and The Second visit to the Red Cliff. In the later work, there is a line which goes: “High Mountains and small moon, the rocks emerge when the water subsides.”

This idiom is used metaphorically to mean that the whole comes to light after repeated investigation.


Shui Ruo Shi Chu

Di jaman Dinasti Song Utara(960-1127), terdapatlah seorang seniman puisi bernama Su Dong Po. Suatu ketika, ia dikirim ke HuangZhou di Propinsi Hubei. Di sana ia berkunjung ke Tebing Merah 2 kali dan menulis prosa yang berjudul Kunjungan pertama ke Tebing Merah dan Kunjungan kedua ke Tebing Merah. Dalam karya keduanya, ada sebuah baris bertuliskan: " Gunung tinggi Bulan kecil, Terlihatlah bebatuan ketika air menyusut".

Kemudian, "Shui Ruo Shi Chu" atau "bila air menyusut, muncullah bebatuan yang sebelumnya tertutupi oleh air" menunjukkan pada akhirnya segala sesuatunya akan jelas setelah penyelidikan yang berulang kali. Di Indonesia, mungkin yang paling mendekati adalah: "Ikan mau disembunyikan apa pun pasti tercium bau busuknya, perbuatan busuk apa pun pasti akan ketahuan juga."

NOTES:
Akhir-akhir ini lagi lihat CSI di TV kabel. Melihat metode penyelidikan canggih gitu, Saya jadi berpikir tidak ada perfect crime. Sebusuk-busuknya suatu kejahatan, pasti ketahuan juga. Tapi di Indonesia, banyak "untouchable" yang walapun sudah ketahuan masih tidak tersentuh oleh hukum.

Kasus "kebusukan" yang terbaru adalah kasus laptop di DPR. Bayangkan fasilitas laptop di DPR: mereka menganggarkan 1 laptop = 21 jt. Anggaplah anggota DPR 550 orang, Jika dihitung 21 jt dikalikan 550 maka adalah angka fantatis 12M. Angka sebesar itu digunakan untuk "mensubsidi" DPR yang rata-rata bermobil lebih dari satu. Hm...apa kabar dengan korban LAPINDO yang sandang pangannya belum layak itu? Apa kabar dengan empati terhadap korban-korban bencana alam yang selama ini bertubi-tubi mendera Indonesia?
Sebagai rakyat biasa, kita hanya bisa "Shui Ruo, Shi Chu": berharap segala kebusukan di negeri ini bisa terungkap dan pelakunya dihukum secara setimpal.